Tuesday, August 15, 2006

secangkir kopi sore,..

Sore itu masih di pojok cafe yang sama,Handoko menyesap cangkir kopi pesanannya.
"Aku harus ndapetin Susan,.." begitu lamunannya. Pikirnya kembali menerawang ke masa lalu,..masa dimana dunia begitu indah dan menerima dia dengan bahagia.
"Tapi,bagaimana dengan Ina?" hentak batinnya yang lain.
"Ahh sudah lah lupakan saja Susan,..dia jauh dan hanya membuatmu beban" gelitik hatinya yang lain.


Kembali disesapnya kopi itu, lamunannya dibiarkan liar tak berujung. Andai Susan mau sehidup semati dengannnya,..dia rela menceraikan Ina,tapi apa kata Ayah dan ibunya nanti?Apa kata keluarga besarnya,yang dengan rela dan susah payah menjodohkannya dengan Ina pun mengurus bayi kecilnya,hanya karena Ina gadis orang baik-baik dan terpandang,juga masih seketurunan orang terhormat seperti dirinya. Seperti dirinya?
Cangkir kopi digenggamnya erat. Panasnya sudah tak terasakan. Sepertinya dia ingin hanyut jadi satu saja dengan cairan hitam pekat itu,..menyatu dan hanyut tertelan entah kemana,..

[
secangkir kopi masih akan tersedia di cafe lain ,..]

1 comment:

Anonymous said...

jadi keinget temenku, sama2 menghadapi dilema antara cinta dan derajat kesepadanan. menurutku kebanyakan orang skr menikah juga lebih mengutamakan kesepadanan. asal sepadan dan layak di mata umum. kadang bertanya, apakah di jaman skr masih ada yg namanya cinta ? cinta tanpa syarat, tanpa memandang derajat, tanpa memandang gelar dan kemapanan ? cinta yang kata orang bisa menggetarkan jiwa, cinta yg kita sendiripun tdk tahu knp bisa jatuh cinta sama dia. yang kita tau, tidak bisa sehari pun hidup pisah dari dia, seakan nafas pun akan terhenti jika kehilangan dia ;)) apa emang dari dulu juga cinta model begini cuman ada di kisah2 dongeng ya :-?